Senin, 08 Agustus 2011

Kopi Sumatera yang Beraroma "Earthy"

Kopi Sumatera yang Beraroma "Earthy"
Tenni Purwanti | Dini | Jumat, 24 Juni 2011 | 18:28 WIB


Dari wilayah Asia Pacifik, Indonesia turut menyumbangkan kopi pilihannya untuk Starbucks, yaitu kopi Sumatera dan Sulawesi.
KOMPAS.com — Selain menawarkan pemandangan yang berbeda dari gerai lainnya, gerai Starbucks ke-100 yang berada di kampus Universitas Indonesia, Depok, juga memberikan pengalaman berbeda dalam sajian kopinya.
Meskipun Starbucks merupakan merek dagang Amerika, kopi yang diolahnya berasal dari berbagai negara. Gerai kopi premium ini memproduksi kopi jenis arabika yang didapatkan dari tiga wilayah, yakni Amerika Latin, Asia Pasifik, dan Afrika Arabia. Dari wilayah Asia Pasifik, Indonesia turut menyumbangkan kopi pilihannya untuk Starbucks, yaitu kopi Sumatera dan Sulawesi. Kopi Sumatera disebut memiliki penjualan terbaik di seluruh dunia karena rasanya yang sangat berani dan menciptakan kehangatan di tubuh.

"Aromanya juga earthy, seperti bau tanah tersiram air hujan. Kalau diseruput, akan terasa aroma herbalnya. Kopi ini setingkat lebih tinggi dari kopi Sulawesi," ujar Agritia, salah seorang barista di gerai Starbucks Universitas Indonesia.

Untuk menikmati kopi, ada empat tahap yang bisa Anda lakukan, yakni dihirup, diseruput, dibiarkan di lidah, dan dirasakan dengan paduan aroma dari hidung dan rasa dari lidah, lalu
dideskripsikan. Dalam tahap dideskripsikan, penikmat kopi bisa belajar membedakan beragam kopi yang diminumnya sehingga mendapatkan pengalaman yang berbeda untuk setiap jenis kopi.

Menurut Agritia, kopi dari berbagai negara dan daerah memiliki perbedaan rasa. "Bagi Starbucks, geography is a flavour. Setiap region pasti memiliki perbedaan rasa karena perbedaan iklim, tanah, cuaca, kelembaban, yang memengaruhi biji kopi di negara-negara tersebut," ujarnya.

Bila Anda berminat membeli kopi Sumatera atau Sulawesi untuk dijadikan persediaan di rumah atau di kantor, Anda bisa mendapatkannya dalam bentuk biji kopi. "Silakan minta barista untuk mem-blend biji kopi hingga berbentuk serbuk yang bisa langsung diseduh. Saat dibawa ke rumah, simpan kopi dengan kemasannya, jangan langsung dimasukkan ke dalam stoples," ungkapnya.

Saat menyeduh kopi, Anda juga harus memerhatikan takaran kopi dan suhu air panas agar mendapatkan rasa yang optimal. Agritia menyarankan untuk mencampur 10 gr bubuk kopi dengan 180 ml air panas bersuhu 90-96 derajat celsius.

Sabtu, 06 Agustus 2011

6 Produk didaftar ke Ditjen HaKI


Pendaftaran indikasi geografis bagian dari strategi marketing
OLEH SUWANTIN OEMAR Bisnis Indonesia

JAKARTA
Pemerintah hingga kini diketahui menerima enam permohonan baru produk indikasi geografis untuk didaftarkan di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual guna mendapatkan perlindungan hukum atas produk tersebut.

Menurut Saky Septiono, Kasi Pemeriksaan formalitas Indikasi Geografis, Direktorat Merek Ditjen Hak Kekayaan Intelektual, bahwa keenam produk tersebut adalah kopi hitam Sumedang, kopi mole Sumedang, melinjo Jawa, lada hitam cahaya negeri (Lampung), getuk goreng Sukaraja dan kopi sidikalang.

Dia menjelaskan bahwa pihaknya kini masih melakukan peme-riksaan apakah produk tersebut sudah memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan oleh undang-undang. "Kopi sidikalang sudah melengkapi persyaratan, kini tinggal pemeriksaan di tempat. Ini tampaknya yang lebih dahulu siap," ujarnya.

Dia menyambut baik mulai banyak pendaftaran produk indikasi geografis. Namun, kata Saky, beberapa produk yang sebenarnya diharapkan untuk didaftarkan hingga sekarang belum juga muncul.
Pemerintah, ujarnya, sudah melakukan sosialisasi kepada daerah-daerah penghasil produk perkebunan yang sudah terkenal di kalangan konsumen, akan tetapi belum ada respons dari daerah penghasil tersebut.
Dia memberi contoh seperti pala Banda dan tembakau Deli. "Dua komoditas tersebut sudah terkenal oleh konsumen di luar negeri, tapi sampai sekarang produk tersebut belum juga didaftarkan ke Ditjen HaKI,"ujarnya.

Dia tidak mengetahui apa penyebab daerah penghasil kedua komoditas tersebut belum juga mendaftarkannya. "Kita [Ditjen Hak Kekayaan Intelektual] sudah melakukan sosialisasi akan pentingnya arti pendaftaran itu. Mungkin mereka belum siap."

Peningkatan permohonan

Dia mengakui akhir-akhirnya ada peningkatan permohonan pendaftatan produk indikasi geografis karena mulai timbul kesadaran dari daerah-daerah pentingnya arti pendaftaran produk unggulan mereka.
Selain itu, ujarnya, sosialisasi yang dilakukan oleh Ditjen Hak Kekayaan Intelektual ke daerah-daerah yang memiliki potensi produk indikasi geografis cukup berhasil meyakinkan pihak daerah mendaftarkan produk unggulan mereka.

Dia mengungkapkan bahwa, pemerintah sudah menerbitkan sertifikat kepada empat produk indikasi geografis dari dalamnegeri dan dua dari luar negeri.
Keempat produk dalam negeri tersebut adalah kopi Kintamani (Bali), kopi gayo (Nanggroe Aceh Darussalam), mebel ukir Jepara (Jawa Tengah) dan lada putih Muntok (Bangka).
Dia mengemukakan bahwa pemerintah juga sudah menolak permohonan pendaftaran produk kambing kaligesing (Jawa Tengah) karena bukan objek dari perlindungan indikasi geografis.
Selain itu, tambahnya dua lagi produk yaitu kerupuk tenggiri (Jepara) dan blenyim emplak (Jepara) ditarik dari permohonan pendaftaran oleh pemohon.
Menurut Saky, pendaftaran produk berindikasi geografis itu merupakan bagian dari strategi marketing, sehingga produknya bisa lebih mahal dari produk sejenis.
Konsumen, katanya, bersedia membeli harga komoditas bersertifikat indikasi geografis lebih mahal karena sudah ada standar kualitas dan keunikan dari produk itu sendiri.

Produk pertanian dan produk manufaktur lainnya bisa didaftarkan sebagai indikasi geografis asalkan memenuhi persyaratan antara lain produk itu harus memiliki ciri khas dan atau kualitas tertentu yang hanya ada di suatu daerah tertentu.
Menurut dia, minat derah untuk mendaftarkan produk indikasi geografis cukup tinggi. Akan tetapi, katanya, masih banyak di antara mereka yang perlu bimbingan, terutama dalam penyusunan buku persyaratan.
Produk pertanian dan produk manufaktur lainnya, menurut dia, bisa didaftarkan sebagai indikasi. geografis asalkan memenuhi per- , syaratan antara lain produk itti j harus memiliki ciri khas.
Karakteristik khas pada produk itu muncul karena faktor ling- , kungan geografis termasuk faktor,, i alam, manusia atau kombinasi dari keduanya sehingga memberikan ciri khas dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. (suwan tin oemar® bisnis, co. id)

Kopi robusta Sidikalang


Kopi robusta yang berasal dari perkebunan di daerah pegunungan Kabupaten Dairi Sumatera Utara  mempunyai rasa yang khas. Seperti halnya kopi yang tumbuh di daerah lain, rasa kopi akan dipengaruhi oleh jenis dan tingkat keasaman tanah di daerah tersebut. 

Gambar di samping menunjukan proses pemetikan kopi dari perkebunan.

Hanya biji kopi masak berwarna merah atau kuning kemerahan yang akan di proses dalam produksi.


UD . TANPAK SIDIKALANG didirikan oleh H. Sabilal Rasyad Maha, seorang pendakwah dan pengusaha UMKM di kota Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara pada tanggal 10 Januari 1987.


Gambar di samping memperlihatkan Bp.H. Rasyad sedang berada ruang produksi penggilingan kopi.


Proses produksi dilakukan dengan cara tradisional dan dijamin 100% ke-halal-an dan keasliannya.

Karena kopi ini asli tanpa campuran, maka hanya dengan takaran 1,5 sendok kecil bubuk kopi cukup untuk 1 gelas 200ml.


Menurut Bp. Rasyad, dari hasil dari penelitian dan percobaan yang dilakukan; 1 kg kopi bubuk, dapat membuat sekitar 120 gelas kopi

Saat ini, UD Tanpak Sidikalang memproduksi :

  1. Kopi Bubuk Kotak 250 gr
  2. Kopi Bubuk Kotak 500gr
  3. Kopi Jahe Kotak 250gr
  4. Kopi Jahe sachet 30 gr 
  5. Kopi Spesial Kotak 250gr

dan juga memasarkan kopi biji sangrai untuk cafe-cafe.

Untuk tempat  pemasaran, Kopi Tanpak Sidikalang mempunyai stand di Jakarta, yaitu :

UKM Gallery - Gedung SMESCO /SME TOWER, Jl. Gatot Subroto Kav. 94, Jakarta Selatan
Untuk informasi harga dapat menghubungi bagian pemasaran :

Fitriani Maha 
HP 081387606821
Email : fitriani.maha@yahoo.com